Siapa sih yang tidak mau memberikan yang terbaik bagi buah hati? Pastinya setiap orang tua menginginkan hal itu. Termasuk juga saya.
Salah satu hal terbaik yang saya ingin berikan adalah memberikan ASI sampai anak berusia dua tahun. Saya sangat bersyukur saat saya berhasil menjadi mamsi (mama ASI) selama dua tahun untuk anak pertama saya. Yah, walaupun sangat banyak tantangan yang dihadapi selama dua tahun itu. Mulai dari pengetahuan tentang menyusui itu sendiri yang saya kurang ketahui, sampai ke hal-hal yang berhubungan dengan tanggapan dan mitos-mitos yang berada di lingkungan sekitar waktu itu. Sedihnya lagi tanggapan-tanggapan yang membuat saya merasa down karena tanggapan negatif itu berasal dari orang-orang terdekat seperti keluarga dan teman dekat.
11 Comments
“Perlukah saya resign?”
Tidak sedikit seorang ibu mempunyai pertanyaan ini kepada diri sendiri. Alasannya pun beragam, karena ingin mengurus anak saja di rumah, lelah bekerja atau permintaan suami untuk resign bekerja. Sebelum saya resign dari pekerjaan, saya pun mengalami kegalauan, karena keputusan untuk resign dan tidak bekerja kantoran lagi adalah keputusan yang sangat sulit dan memang dipikirkan secara matang. Self reward penting gak sih sebenarnya?
Bagi beberapa orang, self reward itu penting, begitu pun dengan saya. Self reward itu merupakan cara untuk memberikan apresiasi kepada diri sendiri atas pencapaian atau atas hal-hal yang sudah dilakukan. Mengutip dari artikel fimela.com, Menurut Rosdiana Setyaningrum, seorang Psikolog bidang pengembangan wanita dan anak, mengakui bahwa reward untuk diri sendiri perlu diberikan sebagai penghargaan dan rasa terima kasih terhadap apa yang telah dilakukan. Apa self reward hanya untuk orang-orang yang mempunyai pencapaian dalam pekerjaan saja? Ketika seorang ibu rumah tangga memutuskan untuk resign dari kantor, pastinya ada hal-hal yang dikhawatirkan. Setelah resign apa yang bisa dilakukan selain pekerjaan rumah tangga, apakah nanti akan bosan jika tidak bekerja, apakah ilmu dan passion yang dilmiliki akan sia-sia, dan masih banyak hal-hal lainnya yang menjadi rasa khawatir dan bahkan muncul berlebihan.
Begitupun dengan saya. Saat saya memutuskan berhenti bekerja, saya langsung berpikir apa yang bisa saya lakukan setelah kewajiban di rumah selesai dikerjakan. Hal apa yang bisa saya lakukan untuk mengupgrade kemampuan saya. Selain itu, hal yang penting juga ialah hal apa yang bisa saya lakukan supaya saya bisa mendapatkan penghasilan walaupun dari rumah. "Jangan lupa seragam buat gue yah!"
"Harus cari referensi model kebaya nih buat seragam nikahan elo" "Kapan nih bagi-bagi kainnya? nikahannya kan sebentar lagi" Tidak jarang kalimat itu terlontar saat teman dekat akan melangsungkan pernikahan. Seragam? Yap seragam untuk para bridesmaid. kebanyakan dalam acara pernikahan saat ini, bridesmaid dianggap menjadi salah satu hal pokok juga dalam acara pernikahan. Dari jauh-jauh hari, pengantin biasanya membagikan kain untuk seragam yang akan dipakai pada pesta pernikahan nantinya. Sebenarnya apa sih bridesmaid itu? Ada yang sudah nonton film “Kim Ji Young: Born 1982”?
Apa pendapatmu setelah menontonnya? Jujur, bagi saya pribadi film ini sangat berkesan. Kenapa? Karena cerita dalam film ini terasa nyata dan sangat dekat dengan saya pribadi. Mungkin bagi kamu dan perempuan-perempuan lain cerita ini juga sangat dekat dengan kehidupan. Film ini sendiri diangkat dari novel yang berjudul sama, “Kim Ji Young: Born 1982” karya Cho Nam-Joo yang diterbitkan pada 2006. Cerita utamanya yaitu kisah dari Kim Ji Young yang mengalami depresi karena perubahan di dalam hidupnya setelah dia menjadi seorang ibu rumah tangga dan seorang ibu. Diskriminasi gender, ketimpangan tuntutan antara perempuan dan laki-laki terlihat dari alur cerita film ini. Sejujurnya, awalnya saya tidak tertarik dengan film ini. Mengapa? Karena saya takut terbawa mellow saat dan setelah menonton film ini. Ya, melihat dan membaca review film ini saya rasa ada beberapa cerita yang sama dengan apa yang saya alami. Namun, karena sangat penasaran, akhirnya saya memberanikan diri menonton film ini. Dan yaaa benar apa yang saya takutkan, dari awal sampai akhir film saya nangis sesegukan. Sebagai orang tua, pasti akan merasa khawatir jika anak sakit. Segalanya dilakukan, dari mulai home treatment sampai berkonsultasi ke dokter spesialis anak. Sebagian besar dari new mom, menentukan dokter spesialis anak tidaklah mudah, sama halnya seperti saya. Dari pertama kali berkonsultasi ke dokter, saya beberapa kali ganti hingga bertemu dengan dokter spesialis anak yang cocok dengan saya.
Kenapa harus benar-benar cocok? |
Blog Archives
November 2020
Categories |